Ruangpublik.com – Sedikitnya 4 orang tewas dalam kerusuhan di Gedung Capitol Amerika Serikat kemarin. Hal ini buntut dari “proses demokrasi” pemilihan presiden di sana dimana pendukung Trump masih memaksakan kehendak dan pemikirannya bahwa hasil pemilihan presiden sebelumnya ini adalah hasil kecurangan. Wacana ini yang terus menerus digaungkan oleh sang presiden Trump yang pada akhirnya memicu kerusuhan dan menyebabkan korban jiwa.
Sebuah potret retorika demokrasi yang blur telah diabadikan di Amerika sebagai provokator demokrasi. Hampir semua negara di dunia ditawarkan paham demokrasi. Politik di negara-negara asia pun telah tercampuri dengan “praktek perang” antar paham.
Mungkin derajat demokrasi di Amerika masih di level terminal bis dan stasiun KA kita jaman dulu kala. Kita sering melihat calo-calo menawarkan jasa di terminal bis dan stasiun KA. Mereka menawarkan tiket bepergian kepada kita tetapi mereka tidak ikut pergi. Itulah cara kerja calo. Apakah Amerika hanya menjadi calo Demokrasi dan tidak mempraktekkan apa yang mereka gembar gemborkan selama ini?
Saatnya Indonesia tampil sebagai negara demokrasi yang telah teruji yang mampu menjalankan demorasi di atas pondasi dasar negara yang sakti, Pancasila.
WA