Ruangpublik.com – Masyarakat direpotkan dengan sertifikat vaksin sebagai persyaratan perjalanan. Apakah Pemerintah tahu alasan dibalik mereka yang tidak mau divaksin? Jangan selalu dikaitkan dengan HOAX karena ini ilmiah.
Virus Covid-19 ditenggarai memiliki sifat ADE (Antibody Dependent Enhancement) yang berpotensi meningkatkan keganansan virus setelah vaksinasi. Hal ini mengacu kepada beberapa jurnal ilmiah internasional.
Penelitian ini juga telah dituangkan dalam Jurnal Internasional Prof. Nidom Foundation (PNF). Peneliti PNF telah meneliti 40 jenis virus asal Indonesia, sejumlah negara di asia tenggara dan Wuhan China.
Hasil penelitian tersebut, 40 virus yang diteliti memiliki motif ADE dan 57,5% mengalami mutasi dari virus Covid-19 Wuhan.
Menurut Prof. Nidom, “ternyata bahwa virus yang berkembang di Indonesia dan sebagian Asia Tenggara memiliki susunan Asam Amino yang kita sebut dengan Covid ADE. Virus ini meningkat patogenitasnya / keganasannya apabila dia ketemu antibodi”.
Lebih lanjut Nidom menjelaskan fenomena ADE bisa menyebabkan virus yang kembali masuk ke tubuh manusia semakin ganas setelah vaksinasi.
Ini terjadi karena sistem antibodi merespon virus dengan mengikatnya, sehingga virus-virus lain bisa masuk ke sel-sel tubuh.
Berkaca pada kasus vaksin DBD di Filipina yang malah menyebabkan kematian. “Hal ini disebabkan antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin, itu mengikat virus kemudian virus tersebut mencari jalan lain untuk masuk ke dalam sel” papar Nidom.
Selain DBD, virus lain yang tidak dapat diatasi dengan pendekatan terapi vaksin antara lain, HIV, Ebola, MERS, SARS dan Zika. Semua virus ini memiliki ADE atau keganasan setelah vaksinasi.
Temuan lain dari bukti empiris menurut Nidom, virus Covid-19 bisa menyerang tidak saja melalui mukosa atau selaput lendir di rongga tubuh tapi masuk melalui leukosit yaitu sel makrofag atau darah putih sehingga memiliki daya rusak jangka panjang.
“Seseorang yang sudah divaksin kemudian ada efek ADE, maka tatkala dia bersentuhan dengan virus lain / virus baru dari dalam maka virus baru ini akan lebih ganas dari sebelumnya karena dia bisa masuk bukan melalui aseptor ACE tapi melalui sel makrofag” lanjut Nidom.
Salah satu virus yang menyerang sel Makrofag adalah virus HIV yang merusak sistem imun.
Salah satu peneliti bilogi molekuler Ahmad Utomo mengingatkan temuan PNF ini bisa menjadi dasar rujukan pembuatan vaksin. Pasalnya fenomena ADE bisa menimbulkan dampak serius.
Para Peneliti sepakat, Pemerintah harus berhati-hati ketika berbicara vaksin. Vaksin bukan solusi tunggal melawan virus Covid-19. Alih-alih menang melawan pandemi, sikap Pemerintah yang mengumbar ketersediaan vaksin yang masih serba tidak pasti bisa melahirkan blunder fatal.
Tidak bijak apabila Pemerintah tetap memaksakan rakyatnya untuk vaksin dengan cara-cara halus dan terpaksa, seperti menempatkannya sebagai persyarakat perjalanan. Masyarakat bebas untuk menentukan pilihannya sendiri mau divaksin atau belum mau divaksin. tetapi tetap bisa menjalan kegiatan ekonominya.
Hak hidup dan mobilitas dalam rangka menjalankan kegiatan ekonomi bagi rakyat adalah Hak Asasi Manusia. Masih banyak solusi lain yang tidak menjebak rakyat untuk vaksin. Seharusnya rakyat tetap dapat melakukan perjalanan dengan Surat Keterangan Bebas Covid yang dilakukan dengan Genose. Tidak harus dengan PCR Test Kit dari luar.